You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Kumba
Desa Kumba

Kec. Jagoi Babang, Kab. Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat

Sejarah Desa

Administrator 26 Agustus 2016 Dibaca 565 Kali

Eksistensi Desa Kumba baru terbentuk pada tahun 1986 ketika enam Kampung yang berada di tepian sungai kumba yaitu Kampung Saparan, Kampung Paum, Kampung Pareh, Kampung Peleng dan Kampung Sentimok dilebur menjadi satu Desa. Oleh karena itu, semenjak pemekaran Desa Kumba pada tahun 2004 hanya Dusun Saparan saja yang merupakan bagian dari Desa Kumba yang semula dibentuk hingga setelah pemekaran Desa. Mengingat keberadaan pemukiman penduduk sudah ada sebelum berdirinya NKRI maka sejarah Kumba berkaitan dengan keberadaan kampung-kampung tersebut. Oleh sebab itu, keberaadan kampung-kampung di wilayah tepian sungai kumba merupakan bagian sejarah dari Desa Kumba.

Dalam cerita masyarakat dan catatan sejarah, Kampung Saparan merupakan pemukiman yang berkaitan erat dengan pemukiman di Tembawang Inyor dan Matang Kampung. Tembawang inyor merupakan pemukiman yang dihuni oleh perantau dari wilayah Sambas, terutama untuk berladang dan kemudian secara perlahan tinggal secara permanen membentuk pemukiman di Tembawang Inyor.

Sementara itu Matang Kampung merupakan Pangkalan yang terletak di Sungai Sentangau. Pada 26 Februari 1912, secara resmi Sri Paduka Sultan Sambas mengaruniakan tanah hutan Matang Kampung untuk tempat berkebun rotan dan sebagainya di sungai sentangau kepada Raden Adipati Muhammad Tayib. Selain merupakan pangkalan milik Kesultanan Sambas, penduduk juga beternak sapi di daerah Matang Kampung. Kedua pemukiman tersebut sudah ada sebelum terbentuknya

Pada tahun 1942 Tentara Jepang memasuki wilayah Kalimantan Barat memaksa penduduk untuk melarikan  diri dari Sanggau Ledo dan Seluas. Beberapa diantaranya, melarikan diri di wilayah tepian sungai kumba, dan tinggal di  Pemukiman di Tembawang Inyor. Pengungsi dari daerah sanggau ledo dan seluas juga mencari tempat perlindungan di Matang Kampung, sebelum akhirnya Matang Kampung mulai ditinggalkan secara perlahan. Beberapa diantaranya kembali ke daerah sambas dan sebagian bergabung dengan penduduk di tepian Sungai Kumba.

Semakin bertambahnya penduduk di Tembawang inyor, pada Tahun 1951 penduduk di Tembawang Inyor sepakat untuk pindah ke Saparan, dimana pada saat itu merupakan tempat berladang baru bagi penduduk di tembawang inyor.

Pada Tahun 1950an, Suku Dayak bekati’ dari daerah Rinsan mulai mendiami wilayah Paum (saat ini Gersik). Dan selang pada dekade yang sama, Suku Iban bermigarasi ke Gunung Kalimao’ dibawa oleh Ngah Rifan atas permintaan Bapak Lokang, yang pada saat itu merupakan Kepala Kampung Sentimok ke Pareh dan mendirikan Kampung Pareh (sekarang Dusun Pareh Desa Semunying Jaya).

Kampung Saparan untuk pertama kali Kepala Kampung setelah penduduknya pindah dari Tembawang Inyor dijabat oleh Bapak Sabri, setelah tiga tahun menjabat sampai dengan tahun 1954, Bapak Sabri berhenti dan kemudian digantikan dengan Bapak RA’IS (Tahun 1957), dan tiga tahun kemudian Bapak Ra’is juga berhenti, pada tahun 1960 Kepala Kampung Saparan dijabat oleh Bapak Mar’ad.

Kampung Saparan juga merupakan basis pertahanan ABRI dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1962-1965. Beberapa penduduk ikut langsung untuk membantu Indonesia dalam konflik tersebut yang dibuktikan dengan piagam-piagam yang diberikan atas Jasa mereka.

Selang beberapa tahun kemudian posisi Bapak Mar’ad selaku Kepala Kampung Saparan digantikan oleh Bapak Satel, sampai akhirnya beliau meninggal dunia dan jabatan Kepala Kampung Saparan di pegang oleh Bapak Basri Tahir, sampai dengan tahun 1979.

Pada Tahun 1986, kampung-kampung di tepian sungai kumba yang terdiri dari Kampung Saparan, Kampung Paum, Kampung Peleng, Kampung Sentimok dan Kampung Pareh di lebur menjadi satu desa, yaitu Desa Kumba. Penyatuan tersebut diikut dengan pemilihan Kepala Desa Kumba yang kandidatnya utusan dari masing-masing kampung yang tergabung. Pada pemilihan Kepala Desa Kumba pertama terpilih  Bapak Hambali Muhammad secara demokratis sebagai pemenang pemilihan Kepala Desa Kumba yang kemudian menjabat sebagai Kepala Desa Kumba hingga tahun 2011.

Pada Tahun 1991 Desa Kumba menerima  4 Unit Pemukiman Transmigrasi yaitu UPT XXV, UPT XXVI, UPT XXXI dan UPT XXXII. Pada tahun 2003, dengan peraturan daerah Nomor 26 Tahun 2003, tentang Desa maka Desa Kumba dimekarkan kembali menjadi empat desa yaitu : Desa Gersik, Desa Kumba, Desa Semunying Jaya dan Desa Sinar Baru. Maka Desa Kumba hanya terdiri dari Dusun Saparan dan Dusun Sindang Kasih yang merupakan UPT  XXV. UPT XXXI ditinggalkan oleh warga transmigran meskipun tetap menjadi bagian dari Desa Kumba. Sedangkan UPT XXVI tergabung di Sentangau Jaya Kecamatan Seluas dan UPT XXXII menjadi bagian dari Desa Gersik.

Dan selanjutnya pada tahun 2011 Bapak Udiansyah terpilih secara demokratis sebagi Kepala Desa Kumba yang menjabat sampai tahun 2017.  Pada Tahun 2017, Bapak Isro Irnawan terpilih sebagai Kepala Desa Kumba menggantikan Bapak Udiansyah.

Dalam perjalanannya, dari Kampung hingga membentuk sebuah desa, kearifan lokal masyarakat di Desa Kumba sangat tinggi. Asas musyawarah mufakat dalam memutuskan masalah serta gotong-royong merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Penduduk di Desa Kumba juga sangat toleran dan mampu hidup secara harmonis dengan suku bangsa di kawasan tepian sungai kumba. Nilai-nilai historis menjadi warisan lelulur bagi Penduduk Desa Kumba yang hingga kini tetap dipertahankan.

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image